Senang,
bahagia, suka cita, sedih, kecewa dan duka adalah sesuatu yang biasa
dialami manusia. Ketika mendapatkan sesuatu yang menggembirakan dari
kesenangan-kesenangan duniawi maka dia akan senang dan gembira.
Sebaliknya ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan maka dia merasa
sedih dan kecewa bahkan kadang-kadang sampai putus asa.
Akan tetapi sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkaranya adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sungguh
menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya
adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh
orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka
jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa
musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga
menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Kriteria Orang yang Paling Mulia
Sesungguhnya
kesenangan duniawi seperti harta dan status sosial bukanlah ukuran
bagi kemuliaan seseorang. Karena Allah Ta’ala memberikan dunia kepada
orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai-Nya. Akan tetapi
Allah akan memberikan agama ini hanya kepada orang yang dicintai-Nya.
Sehingga ukuran/patokan akan kemuliaan seseorang adalah derajat
ketakwaannya. Semakin bertakwa maka dia semakin mulia di sisi Allah.
Allah berfirman:
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujurat: 13)
Jangan Sedih ketika Tidak Dapat Dunia
Wahai
saudaraku, ingatlah bahwa seluruh manusia telah Allah tentukan
rizkinya -termasuk juga jodohnya-, ajalnya, amalannya, bahagia atau pun
sengsaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya
salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya
selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk
segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam
waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu
ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara:
ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya.” (HR. Al-Bukhariy dan Muslim)
Tidaklah sesuatu menimpa pada kita kecuali telah Allah taqdirkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri
kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir.
Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka
sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.Al-Hadiid: 22-24)
Kalau kita merasa betapa sulitnya mencari penghidupan dan dalam menjalani hidup ini, maka ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tiada
suatu amalan pun yang mendekatkan ke surga kecuali aku telah
perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan
ke neraka kecuali aku telah larang kalian darinya. Sungguh salah
seorang di antara kalian tidak akan lambat rizkinya. Sesungguhnya Jibril
telah menyampaikan pada hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak
akan keluar dari dunia (meninggal dunia) sampai disempurnakan rizkinya.
Maka bertakwalah kepada Allah wahai manusia dan perbaguslah dalam
mencari rizki. Maka apabila salah seorang di antara kalian
merasa/menganggap bahwa rizkinya lambat maka janganlah mencarinya dengan
bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya keutamaan/karunia Allah
tidak akan didapat dengan maksiat.” (HR. Al-Hakim)
Maka berusahalah beramal/beribadah dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jangan membuat perkara baru dalam agama (baca:bid’ah).
Dan berusahalah mencari rizki dengan cara yang halal serta hindari sejauh-jauhnya hal-hal yang diharamkan.
Hendaklah Orang yang Mampu Membantu
Hendaklah
bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun yang punya kedudukan
agar membantu saudaranya yang kurang mampu dan yang mengalami
kesulitan. Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah
kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.Al-Maidah: 2)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa
menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia dari
seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu kesusahan dari
kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang
yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan baginya di dunia dan
di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka
Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan
senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Berdo’a ketika Sedih
Jika
kita merasa sedih karena sesuatu menimpa kita seperti kehilangan
harta, sulit mencari pekerjaan, kematian salah seorang keluarga kita,
tidak mendapatkan sesuatu yang kita idam-idamkan, jodoh tak kunjung
datang ataupun yang lainnya, maka ucapkanlah do’a berikut yang diajarkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah
seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu dia berdo’a:
“Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putra hamba laki-laki-Mu,
putra hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di Tangan-Mu, telah berlalu
padaku hukum-Mu, adil ketentuan-Mu untukku. Saya meminta kepada-Mu
dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau menamakannya untuk
Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau
yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu
ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an sebagai musim semi
(penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir kesedihanku serta
penghilang kegundahanku.” kecuali akan Allah hilangkan kegundahan dan
kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan keluar dan
kegembiraan.” Tiba-tiba ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tidakkah
kami ajarkan do’a ini (kepada orang lain)? Maka Rasulullah menjawab:
“Bahkan selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar
mengajarkannya (kepada yang lain).” (HR. Ahmad)
Juga do’a berikut ini:
“Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana,
sedih, lemah, malas, kikir, penakut, terlilit hutang dan dari
tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Bukhariy)
Ilmu adalah Pengganti Segala Kelezatan
Di
antara hal yang bisa menghibur seseorang ketika mengalami kesepian
atau ketika sedang dilanda kesedihan adalah menuntut ilmu dan senantiasa
bersama ilmu.
Berkata Al-Imam Al-Mawardiy: “Ilmu adalah
pengganti dari segala kelezatan dan mencukupi dari segala kesenangan….
Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu maka kesendiriannya itu tidak
menjadikan dia sepi. Dan barangsiapa yang menghibur diri dengan
kitab-kitab maka dia akan mendapat kesenangan…. Maka tidak ada teman
ngobrol sebaik ilmu dan tidak ada sifat yang akan menolong pemiliknya
seperti sifat al-hilm (sabar dan tidak terburu-buru).“ (Adabud Dunya wad Diin)
Duhai
kiranya kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang kita miliki
sehingga kita tidak akan merasa kesepian walaupun kita sendirian di
malam yang sunyi tetapi ilmu itulah yang setia menemani.
Contoh Orang-orang yang Sabar
Cobaan
yang menimpa kita kadang-kadang menjadikan kita bersedih tetapi
hendaklah kesedihan itu dihadapi dengan kesabaran dan menyerahkan semua
permasalahan kepada Allah, supaya Dia menghilangkan kesedihan tersebut
dan menggantikannya dengan kegembiraan.
Allah berfirman mengisahkan tentang Nabi Ya’qub:
“Dan
Ya`qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai
duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena
kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap
anak-anaknya). Mereka berkata: “Demi Allah, senantiasa kamu mengingati
Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk
orang-orang yang binasa.” Ya`qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada
Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui
dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.” (QS.Yusuf: 84-86)
Allah juga berfirman mengisahkan tentang Maryam:
“Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu
ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia
(bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah
baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak
berarti, lagi dilupakan.” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang
rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu.” (QS.Maryam: 22-25)
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang sabar dan istiqamah dalam menjalankan syari’at-Nya, amin. Wallaahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar